Be Smart - Cerita ini merupakan cerita fiksi yang saya ambil dari buku berjudul “The Power of Kepepet”. Disini hanya share cerita ini karena sangat menarik dan inspiratif. Silahkan disimak!
Di sebuah kerajaan, seorang raja yang juga seorang ksatria yang tangguh, mengadakan sebuah sayembara untuk mencari ksatria yang pantas mendampingi putrinya. Sayembara sangatlah sederhana, “Barang siapa berani menyeberangi kolam renangnya yang berjarak 20 meter saja, maka akan menjadi pemenang. Hadiah bagi pemenang adalah akan dipersuntingkan dengan putri raja”. Siapa yang tidak mau dapat putri raja yang cantik? Cukup hanya dengan menyeberang kolam. Tunggu dulu, ada pmberitahuan lainnya. Ternyata, di dalam kolam, ada sekeor buaya betina yang sudah 1 tahun tak diberi makan. Padahal ribuan peserta sudan bersiap-siap di pinggir kolam untuk mendapatkan impiannya. Tapi mendadak nyali mereka ciut, setelah tahu bahwa ada buaya yang ikut berenang. Tak ada yang mau menggadaikan hidupnya sekalipun diiming-imingi menjadi menantu raja, yang berarti bisa jadi raja juga kelak.
Sunyi, sepi, tak ada yang bergerak. Tiba-tiba terdengar bunyi “byuurr”! Semua langsung menatap kolam berkecipak. Ada dua gerakan yang bergerak sama-sama cepat, saling berkejaran, hingga muncullah seorang pemuda dengan tampang menggigil dan nafas ngos-ngosan. “Selamat! Anda layak jadi menantu saya! Anda betul-betul ksatria!” raja menyalami sang pemenang. “Apa kiatnya menyeberangi kolam dengan buaya ganas di dalamnya?” tanya sang raja. Pemuda itu menatap raja dengan wajah keheranan, lalu menatap hadirin dengan wajah memerah. “Hoyy! Siapa tadi yang mendorong saya masuk kolam?! Siapa?!” teriaknya lantang dan galak.
Didorong ke kolam, dipaksa mengambil resiko, kepepet mempertahankan hidup yang mengeluarkan kemampuan super kita yang tersembunyi. Tentu saja, siapa mau diceburkan dan harus menanggung resiko? Namun dalam kehidupan, dicburkan adalah suatu kiat/kebutuhan kita menuju sukses. Jika tidak, maka kita akan berjalan di tempat dalam zona nyaman kita saat ini.
Dikutip dari buku “The Power of Kepepet” hal. 15,