Budaya adalah salah satu daya tarik pulau Bali yang banyak menarik turis local maupun mancanegara. Tradisi unik dalam pembakaran dan penguburan jenazah jika ada yang meninggal dunia adalah salah satunya. Desa Terunyan atau Bali Aga atau Bali Mula, begitu orang sering menyebutnya, masih memegang teguh tradisi dan budayanya dalam penguburan jenazah. Tidak seperti masyarakat lain, penduduk Desa Terunyan hanya menaruh jenazah orang meninggal di atas tanah dengan dibungkus kain kafan dan dikelilingi oleh ancak saji. Ancak saji adalah anyaman bamboo yang dibentuk segitiga dan dipancangkan di sekeliling jenazah. Meskipun tidak dikubur dalam tanah atau dibakar, jenazah tersebut tidak mengeluarkan bau sedikitpun. Koq bisa yah? Pantai emang daya tarik utama Wisata Bali. Tapi jangan salah, wisata budaya di Bali juga ga kalah menarik untuk dilakukan. Jalan-jalan kali ini membawa saia ke pulau Bali bagian tengah. Tepatnya di Desa Terunyan yang terletak di ujung Danau Batur, Kabupaten Bangli. Sekitar 40 km dari kota Denpasar. Setelah mencapai kaki gunung, perjalanan harus ditempuh sekitar 15 – 20 menit dengan boat untuk menuju Desa Terunyan. Jangan tertipu dengan para calo yang menawarkan jasa antar dengan boat untuk menyebrang. Harga resmi untuk sewa 1 boat menuju Desa Terunyan adalah 400 ribu rupiah, muat untuk 4-6 orang. Mengunjungi Desa Terunyan lebih baik jika dilakukan ketika musim panas, agar tidak ada hujan atau kabut yang mengahalangi jalan nyebrang menuju Desa. Ajak serta pula guide resmi atau teman penduduk local agar tidak dibajak/dipalak sebelum, ketika ataupun sesudah mengunjungi Kuburan Desa Terunyan (sangat disayangkan).
Latar Gunung Batur akan jadi pengantar perjalanan menuju Kuburan Desa Terunyan. Sangat Indah. Sesampainya di sana, akan disambut oleh penduduk local yang siap mengantarkan ke kuburan Desa. Lokasinya memang tidak terlalu luas dengan sebuah pohon besar berdiri di tengah yang katanya pohon itu adalah pohon Taru Menyan (asal kata dari Desa Terunyan) yang menyerap bau jenazah yang diletakan di sini. Ajaib bukan? Hahaaa…. Masih tentang pohon Taru Menyan, alasan mengapa jenazah tidak dikubur atau dibakar adalah dulu penduduk desa sering merasa bingung karena ada bau menyengat yang mengganggu penduduk, kadang sampai menyebabkan pilek. Nah, setelah ditelusuri sumbernya darimana, ternyata bau tersebut berasal dari pohon Taru Menyan. Tetua Desa Terunyan akhirnya memberi ide untuk meletakan jenazah di bawah pohon tersebut untuk menetralisir bau harumnya. Dan ide itu berhasil, menyebabkan tata cara penguburan seperti itu masih tetap dilaksanakan sampai sekarang ini.
Jenazah yang diletakan di Kuburan Desa Terunyan juga tidak sembarangan. Ada beberapa aturan yang berlaku. Hanya jenazah penduduk Desa Terunyan saja yang dapat diletakan di sini. Jumlah jenazah yang diletakan juga tidak boleh lebih dari 11. Dan yang dapat diletakan adalah jenazah yang meninggal secara wajar dan pernah menikah. Nama lain dari kuburannya adalah Sema Wayah. Nah, kalo yang meninggalnya tidak wajar seperti karena kecelakaan, bunuh diri, atau dibunuh orang, maka jenazahnya akan akan diletakan di kuburan yang bernama Sema Bantas. Sedangkan untuk bayi dan anak kecil serta penduduk yang belum pernah menikah, jika meninggal dunia, jenazahnya akan diletakan di Sema Muda.
Menarik gak?? Kalo penasaran, dateng aja kesini ^^
sumber